Kurangnya Minat Masyarakat Terhadap Produk Dalam Negeri - 07

  • 24
                              Kurangnya  Minat Masyarakat Terhadap Produk  Dalam Negeri



1. Kurangnya minat masyarakat terhadap Produk Dalam Negeri
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya, negara kepulauan yang menghubungkan dari Sabang sampai Merauke. Dari pulau–pulau tersebutlah menghasilkan banyak sumber daya alam karena di setiap pulau berbeda akan kekayaan sumber daya alamnya. Namun, penyebaran penduduk di Indonesia belum merata khususnya di Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Papua, penduduknya tidak sepadat di Jawa. Program transmigrasi pun banyak dilakukan oleh pihak pemerintah untuk masyarakatnya, guna untuk pemerataan penduduk.
                Hasil atau produk Indonesia pun sebenarnya kaya dan menghasilkan produk–produk yang berkualitas. Tentu yang seharusnya produk Indonesia itu menjadi tuan rumahnya di negeri sendiri. Namun, banyaknya monopoli dunia, produk luar negeri lebih memegang peranan pasar sehingga menjadikan minat masyarakat cenderung ke produk luar negeri.
Indonesia mengalami kendala mengenai produk dalam negeri yang kalah saing dengan luar negeri yang seharusnya bisa menjadi tuan rumah Indonesia yaitu kurangnya kesadaran masyarakat tentang pemakaian produk lokal karena kebanyakan dari masyarakat Indonesia lebih banyak mengkonsumsi atau menggunakan produk luar daripada dalam. Serta gaya mewah yang terjadi apabila memakai produk luar. Yang terjadi di Indonesia, apabila memakai produk luar itu berkesan elegan dan mewah karena harganya yang cenderung lebih tinggi dan kualitas yang dijanjikan telah bagus dan menyebar di seluruh dunia.
               Penyebab Indonesia harus mengembangkan produk lokal agar memungkinkan menjadi tuan rumah Indonesia yaitu Indonesia tergerak untuk ikut maju bersama dengan negara maju lainnya. Seharusnya kita harus sebagai warga negara Indonesua harus bangkit dan bangga dengan produk lokal yang berkualitas dan menjadi tuan rumah untuk negerinya sendiri sehingga mempunyai rasa kecintaan tersendiri bagi Indonesia. Selain itu, Indonesia juga memer

Cintai Indonesia, Cintai Kekayaannya - 08

                                         Cintai Indonesia, Cintai Kekayaannya


          Perubahan sosial bisa ditemui dalam bentuk modernisasi dan globalisasi yang keduanya saling memengaruhi. Modernisasi merupakan suatu proses perubahan sosial dimana masyarakat sedang memperbaharui dirinya berusaha mendapatkan ciri-ciri atau karakteristik yang dimiliki masyarakat modern. Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya dan bentuk-bentuk interaksi yang lain. Modernisasi dan globalisasi tersebut memiliki pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan masyarakat dan merupakan tantangan bagi masa depan kita. Salah satu pengaruh dari tantangan globalisasi adalah melunturnya jati diri bangsa.
            Saat ini banyak sekali anak muda yang menyukai musik ataupun budaya yang berasal dari luar negeri bahkan lebih dari rasa suka mereka terhadap budaya bangsa sendiri. Misalnya banyak remaja yang rela mengantri untuk menonton konser Justin Bieber, Superjunior, Taylor Swift dan penyanyi luar negeri yang lain yang sengaja datang ke Indonesia, mereka tidak segan untuk mengeluarkan biaya mahal demi mendapatkan tiket konser tersebut. Terkadang juga banyak remaja Indonesia yang memiliki biaya lebih hingga ia memilih terbang ke luar negeri hanya untuk menonton konser penyanyi kelas dunia yang mereka idolakan. Namun, ketika di TMII menggelar pertunjukan tari-tari tradisional dan berbagai budaya daerah tak banyak remaja yang turut andil untuk menyaksikan pagelaran tersebut, penonton pertunjukan tari tradisional lebih banyak berasal dari golongan tua yang benar-benar pengapresiasi seni. Tidak hanya itu, para remaja di Indonesia yang tidak bisa menahan pengaruh dari tantangan global biasanya lebih hafal lagu-lagu penyanyi luar negeri daripada lagu nasional mereka sendiri.

Xenosentrisme sebagai Dampak Globalisasi - 13

                                             Xenosentrisme sebagai Dampak Globalisasi
                           
            Globalisasi adalah suatu proses di mana antarindividu, antarkelompok, dan antarnegara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan mempengaruhi satu sama lain yang melintasi batas negara. Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Pengaruh globalisasi di berbagai bidang kehidupan seperti kehidupan politik, ekonomi, ideologi, sosial budaya dan lain- lain akan mempengaruhi nilai- nilai nasionalisme terhadap bangsa.
             Akibat dari globalisasi, pertama di dalam hal ini teknologi informasi dan komunikasi yang masuk ke Indonedia turut merubah kebudayaan Indonesia. Dalam hal ini sering terlihat ketidakmampuan masyarakat di Indonesia untuk beradaptasi dengan baik terhadap kebudayaan asing sehingga lahir lah perilaku yang cenderung ke Barat-baratan (westernisasi). Hal tersebut terlihat dengan seringnya remaja Indonesia keluar-masuk pub, diskotik dan tempat hiburan malam lainnya berikut dengan berbagai perilaku menyimpang yang menyertainya dan sering melahirkan komunitas tersendiri terutama di kota-kota besar dan metropolitan. Dalam hal ini terjadinya berbagai kasus penyimpangan seperti penyalah gunaan zat adiktif, berbagai bentuk kategori pelacuran dan ‘western’ lainnya tak lepas dari ketidak mampuan manusia Indonesia dalam beradaptasi sehingga masih bersikap ‘conform’ dan ‘latah’ terhadap kebudayaan asing yang melenyapkan inovasi dalam beradaptasi dengan budaya asing sehingga melahirkan bentuk akulturasi.
               Xenosentrisme. Istilah ini berarti suatu pandangan yang lebih menyukai hal-hal yang berbau asing. Xenosentrisme mengecap budaya lain superior, sementara budaya sendiri justru disubordinansi karena dianggap jelek atau rendah.

Habis Terang Diujung Gelap - 16

  • 0
Habis Terang Diujung Gelap


    Sudah menjadi hal yang paling dibicarakan oleh khalayak publik. Ya, Bagaimana bisa jati diri bangsa kita ini sudah luntur di era globalisasi. Seperti yang kita tahu, perkembangan teknologi yang semakin hari kian canggih membuat para pelajar yang seharusnya menjadi penerus bangsa kini mulai menjadi malas hanya karena Teknologi Informasi.
 Memang tak banyak orang tahu pengaruh Teknologi informasi bagi putra-putri bangsa ini. Dampak Negatif selalu saja unggul dibandingkan Manfaatnya. Bila ditinjau dari dampak negatifnya seperti membuat kecanduan terhadap teknologi itu sendiri bahkan menjadi budak teknologi. Seperti halnya Media Sosial, Media ini sangat berdampak negatif bagi generasi penerus bangsa. Mengapa tidak ? Media sosial membuat anak-anak kita melupakan banyak waktunya hanya untuk bersenang-senang dalam dunia digital.
  Kemanakah Pribadi yang sudah orang tua tanamkan sejak kecil? Menghormati orang tua ? Sopan santun.Semua terasa sirna dengan adanya perkembangan teknologi yang semakin canggih.Silaturahmi pun kini berubah melalui surat bahkan lewat telepon  atau sms. Kemanakah ? Jati Diri Kita? Sudahkah kita lupa apa sebenarnya Identitas kita di mata sang garuda ? Kita tak pernah tahu apa yang ada dibenak para penerus bangsa saat ini. Kelak mereka akan sadar betapa berartinya Jati Diri Bangsa kita dibandingkan dengan hal lainnya.
Mungkin itu sebagai hal kecil yang dapat kita petik maknanya. Bagaimana dengan sektor lain. Misalnya Kurangnya Kasih sayang orang tua sehingga menimbulkan anak-anak merasa kurang bersahabat dengan orang tuanya. Bahkan di Era sekarang membuat anak-anak yang tidak terdidik dengan kasih sayang orang tuanya malah memberontak ingin hidup sendiri. Lain halnya dengan anak yang dididik dengan Penuh kasih sayang orang tuanya . Mereka pasti nyaman dengan keadaannya dan tetap mempertahankan etika dan norma-norma yang diakuinya sejak kecil.
Memang pantas judul diatas,”Habis terang diujung Gelap”. Saat kini kita pada masa kegelapan karena perkembangan teknologi mampu menghapus Jati Diri Bangsa kita. Habis terang bermakna “ setelah mengalami beberapa era yang cukup memajukan bangsa kita, kini yang terjadi hanyalah keputus-asaan yang membuat generasi penerus berada dalam kegelapan yaitu buta terhadap norma, etika, yang diakuinya sejak kecil hanya karena Teknologi Canggih.Semoga Generasi Penerus sadar tentang hal yang akan dihadapinya nanti.

Lunturnya Jati diri Bangsa - 18

LUNTURNYA JATI DIRI BANGSA

Pada hakikatnya setiap bangsa memiliki jati diri yang merupakan identitas suatu bangsa, dan mengandung nilai nilai realita suatu bangsa itu sendiri. Jati diri bangsa adalah sesuatu yang mutlak dimiliki oleh bangsa manapun. Jati diri itu tumbuh dan berkembang dari buah pemikiran yang menyatu menjadi suatu nilai bersama yang menjadi ciri khas suatu bangsa. Namun kini, jati diri bangsa telah ternodai, dan mulai memudar. Hal itu banyak terjadi pada generasi muda yang hanya berorientasi pada keinginan untuk maju. Padahal perilaku mereka tidak selalu mengarah pada perubahan yang positif namun sering kali kita menjumpai perubahan yang negatif.
Jati diri bangsa yang tercipta dari proses evolusi yang sangat lama kini mulai tergadaikan dengan kehadiran perilaku perilaku yang tidak mencerminkan nilai yang telah mendarah daging bangsa. Generasi muda sangat rentan terhadap perubahan yang mengindahkan nilai jati diri bangsa, karena generasi muda masih cenderung labil. Kelabilan ini seringkali menciptakan paham-paham baru yang sedikit demi sedikit mengikis jati diri bangsa. Bisa kita ambil contoh yaitu Gotong Royong yang merupakan kebiasaan dari bangsa Indonesia kini mulai terkikis dan berganti dengan individualisme.
Jati diri bangsa Indonesia yang tertuang dalam Pancasila sedikit demi sedikit mulai dinodai, seperti halnya sila pertama yakni “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Sebagian menganggap hal ini sudah tidak relevan lagi, dan kini mulai berkembang atheisme atau komunisme dalam masyarakat. Pada dasarnya bangsa Indonesia merupakan negara dengan mayoritas Muslim, namun Faktanya Muslim hanya berlaku sebagai label agar tidak dianggap tabu di masyarakat. Bukan hanya itu, kini semua orang mengaku beragama namun kenyataannya memang mereka hampir tidak pernah mengimani agama mereka. Dan mereka hanya berpikir duniawi saja.

Attention

Selamat datang di Blog Artikel kita Dunia Sosial